NURAINI SI MALAIKAT KECIL

Nuraini keponakan tetanggaku seorang gadis pendiam yang cantik dengan rambut lurus panjang sampai ke pinggang. Sedari kecil rambut Nuraini sudah terbiasa dibiarkan panjang terurai. Sungguh jika ada kesempatan untuk ikut audisi gadis sunslik cilik pasti keponakan tetanggaku akan terpilih. Nuraini sekarang baru kelas 5 SD. Nuraini juga seorang anak yang ramah dan peduli terhadap temannya sehingga ia banyak disukai teman, baik di lingkungan rumah maupun di sekolahannya.

Agak berbeda sedikit dengan Nuraini, Mamahnya sangat bawel kalau tidak boleh dibilang cerewet dan teramat galak plus agak malas mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang menjadi kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga. Kebetulan di rumah Nuraini juga tidak ada pembantu karena kehidupannya pas-pasan meskipun tidak kekurangan.

Pada hari Minggu sore, saat Papah dan Mamah Nuraini sedang asyik nonton TV berdua tiba-tiba Nuraini masuk dari bermain di rumah Andi temen sekolah yang kebetulan juga tinggal satu komplek dengan Nuraini.

“Dari mana saja kamu Nur ?” tanya Mamahnya dengan sedikit berteriak.
“Dari rumah Andi Mah ….. Andi dah beberapa hari nggak masuk sekolah.” Jawab Nuraini sambil duduk di sofa di antara Papah dan Mamahnya.
“Pah … Mah ….boleh nggak Nuraini minta sesuatu ?”
“Minta apa lagi …… uang ? … uang terus…… kita nggak boleh boros beli ini itu yang tidak bermanfaat” Mamahnya langsung nerocos dengan muka marah seperti biasanya.
“Sudahlah Mah …… sabar dikit kenapa sih ? kita kan belum tahu apa yang Nur inginkan.” Lalu Papah memeluk Nuraini sambil membelai rambut panjangnya.
“Nur…. Kamu pengin apa ? saat ini Papah lagi nggak punya duit banyak…. Jadi Nur nggak boleh minta barang yang mahal-mahal, apa lagi barang yang tak berguna.” Papahnya berkata dengan sabar.
“Nur hanya mau minta uang Rp. 10.000,- untuk pergi ke Salon potong rambut, in sudah terlalu panjang rambut Nur, sangat ribet waktu pelajaran sekolah”.
“Salon …. Salon….seperti orang gedean aja potong rambut mesti ke Salon. Baik Mamah akan beri tambahan uang saku kamu setiap hari Rp.2.000,- tapi kamu harus janji mau mencuci baju, piring dan menyapu serta mengepel lantai.” Mamahnya berkata dengan sedikit marah.
“Mamah ……” potong Papah dengan lirih.
“Baiklah Mamah….Nur akan mengerjakan semua pekerjaan Mamah selama 5 hari untuk Nur mendapat uang Rp. 10.000,- tapi Papah dan Mamah mengijinkan Nur potong di Salon dengan model rambut sesuai kesukaan Nur”
“Baiklah …..” Jawab Mamahnya dengan mantap.
“Papah ? “, tanya Nur kepada Papahnya.
“Baiklah Nur … kalau itu yang Nur kehendaki dan bisa membuat Mamahmu bahagia” Jawab Papah sambil melirik Mamah yang pura-pura tidak melihatnya.

Satu minggu kemudian pada hari Sabtu sore. Nuraini, Papah dan Mamahnya duduk di ruang keluarga sambil nonton TV.
“Papah .. Mamah ….. Nur berterimakasih atas tambahan uang saku Nur selama 5 hari ini. Sekarang Nur mau ke Salon dan minta ijin Papah dan Mamah …. Nur mau potong semua rambut Nur. Nur ingin gundul.”
Tentu saja Papah dan Mamahnya kaget bukan kepalang, bahkan Mamahnya Nur yang bawel pun tiada dapat berkata apa-apa. Mereka jadi membayangkan bahwa selama 5 hari ini Nuraini sepulang sekolah telah bekerja keras menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga. Nuraini telah mengorbankan waktunya bermain, Nuraini telah mengabaikan rasa capai dan melupakan kesenangan nonton TV.
“Papah dan Mamah kemarin sudah berjanji. Papah dan Mamah mengajarkan Nur untuk selalu menepati janji. Maka Papah dan Mamah Nur mohon untuk menepati janji mengijinkan Nur potong rambut dengan model yang Nur inginkan yaitu Gundul.” Nur memohon dengan tetap tersenyum kepada Papah dan Mamahnya. Akhirnya Papah dan Mamahnya yang ingin mengajarkan moralitas untuk selalu menepati janji mengijinkan Nur untuk membotaki kepalanya. Maka pergilah Nur ke Salon di dekat Gapura jalan masuk Komplek sebelah rumah Andi teman sekolah Nur yang sedang sakit dan sudah hampir satu bulan tidak masuk sekolah.

Setelah beberapa lama Nuraini tiba di rumah dengan kepala Botak, tetapi Papah dan Mamahnya bertambah heran ketika melihat wajah Nuraini yang sangat ceria. Seolah Nuraini memperoleh kebahagiaan yang tiada terkira. Nuraini mencium tangan Papah dan Mamahnya, juga mencium pipi mereka sambil mengucapkan terima kasih.

“Papah ..Mamah maaf tadi selesai dari Salon Nuraini mampir ke rumah Andi sebentar. Sekali lagi Nur mengucapkan terima kasih kepada Papah dan Mamah. Hari ini Nur sangat bahagia”.

Pada hari Senin Nuraini berangkat sekolah dengan di antar Mamahnya. Nuraini tidak mau mengenakan topi,ia biarkan kepalanya yang Botak terlihat. Tiada rasa malu, Nuraini berangkat sekolah tetap dengan tersenyum. Sesampai di gerbang sekolah tiba-tiba ada seorang temannya yang memanggil dari dalam Mobil. Ternyata Andi teman Nuraini yang sudah beberapa hari ini tidak masuk sekolah. Lalu Nuraini dan Andi masuk kesekolah bersama-sama.

Belum hilang rasa kaget Mamahnya Nuraini, karena melihat Andi ternyata kepalanya juga Botak. Dia telah dikagetkan dengan teguran lirih dari Ibunya Andi.

“Ibu.... saya sangat mengucapkan terimakasih dan saya tahu Ibu pasti sangat bangga memiliki putri semulia Nuraini. Andi sudah beberapa hari tidak mau masuk sekolah karena malu rambutnya rontok dan menjadi botak karena kemoterapi, Andi menderita leukimia. Andi takut kepalanya yang botak nanti jadi bahan ejekan teman-teman sekolahnya sehingga Andi tidak mau bersekolah lagi. Tetapi hari Sabtu kemaren Nuraini datang menemui Andi, entah apa yang dikatakan Nuraini tetapi saya sungguh bahagia hari ini Andi mau bersekolah lagi. Benar-benar Nuraini adalah seorang malaikat kecil, dia mau mengorbankan rambutnya yang indah hanya untuk Andi supaya mau bersekolah lagi”

Lalu kedua Ibu-ibu itu saling berpelukan dan menangis.

--- Ternyata saya masih harus banyak belajar dari Nuraini si Malaikat Kecil, adakah Nuraini bersemayam dalam nurani kita ? --- 

Semoga bermanfaat.
Surya Hidayatullah Al-Mataromi :  http://cerminrefleksi.blogspot.com/ 





Silahkan mengutip dan/atau mempublikasikan sebagian atau seluruh artikel di Blog ini dengan menyebut sumber-nya. terimakasih.

Cerita Inspirasi Lainnya :
  1. Liburan Sang Anak
  2. Maybe No.... Maybe Yes.....
  3. Sang Waiterboy
  4. Apa yang Kita Cari Selama ini ?
  5. Sudut Pandang (Persepsi)
  6. Sebar Kebaikan Raih Kemenangan
  7. Tergantung Bagaimana Kita men"sikapi"nya
  8. Rumah Berdinding Emas
  9. Keikhlasan dan Kepercayaan
  10. Tanteku Yang Cantik
  11. Harga Sebuah Keajaiban Rp. 99.000,-
  12. Cinta Suami Kepada Istri
  13. Kisah Cinta Sejati Suami Istri
  14. Sariku Sayang..... SAriku Malang....
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar