Alkisah ada seorang wanita yang lumayan cantik, namanya Sari. Sari kuliah di Fakutas Ekonomi di salah satu Universitas Swasta di Yogyakarta yang cukup terkenal (beberapa orang menyebutnya sebagai Universitas Islam Insya Allah, karena banyak mahasiswinya yang mengenakan Jilbab dengan bahan kaos ketat sehingga nampak lekuk tubuhnya yang tentu saja bikin syuuurr bagi lelaki yang melihatnya).
Entah ini adalah nasib atau suratan takdir, suatu ketika Sari mengalami kecelakaan lalu lintas. Lukanya lumayan serius, sementara orang-orang hanya berlalu lalang atau bahkan berhenti sekedar untuk menyaksikan tanpa mengambil tindakan apa-apa untuk menolong Sari. Tiba-tiba ada seorang anak muda yang sangat sederhana dengan mengenakan celana congklang dan peci putih mengendari sepeda motor tua. Pemuda itu berhenti lalu mengendong Sari yang telah bersimbah darah untuk dibaringkan di tepi jalan. Lalu pemuda itu mengambil HP Jadul-nya, dia menelpon (entah menelpon siapa). Tetapi 10 menit kemudian datang Ambulan dengan beberapa orang paramedis. Sari diangkat dan dibawa Ambulan ke salah satu Rumah Sakit. Pemuda itu mengambil tas Sari lalu mengikuti Ambulan yang mengangkut Sari ke Rumah Sakit. Karena pemuda itu, semua kerabat Sari bisa dihubungi dan semua sudah berada di rumah sakit
Semakin lama Arif dan Sari semakin akrab saja, bahkan boleh di bilang mereka berpacaran. Pernah Arif menyinggung mengenai pernikahan, tetapi Sari berkata,
“ah … tak mungkin ada pemuda yang mau menikah dengan gadis buta seperti saya, kalaupun mau pasti ada udang dibalik batu.”
“Bagaimana kalau aku bersedia menikah denganmu ?” dengan sedikit ragu Arif bertanya kepada Sari.
“Saya tidak akan menikah sebelum kedua mata saya sembuh dan saya bisa melihat lagi.” Jawab Sari.
Karena ketulusan Arif, maka mereka, Sari dan Arif tampak semakin bertambah dekat saja. Sampai suatu hari, oleh keluarganya, Sari di ajak ke Rumah Sakit Mata untuk menjalani operasi pencangkokan kornea mata. Ya tanpa diketahui oleh Sari dan keluarganya ada orang yang mau mendonorkan kornea matanya untuk kesembuhan Sari. Operasi berjalan sukses dan proses penyembuhan pun berjalan seperti yang diharapkan. Sari telah sembuh total dan dapat melihat kembali.
Tiba-tiba Sari teringat Arif, yang semenjak Sari dioperasi sampai Sari sembuh Arif tidak pernah lagi menengok ataupun sekedar menelpon. Sari menelpon Arif dan menanyakan dimana Arif tinggal. Sari bertekad datang ke rumah Arif untuk memberikan kejutan dengan kesembuhannya. Sampailah Sari di rumah Arif yang sangat sederhana. Lalu Sari dipersilahkan masuk dan duduk di kursi tamu yang juga sangat sederhana kalau tidak boleh dikatakan tak layak.
“Saya Ibunya Arif.” Seorang wanita paroh baya memperkenalkan diri.
“Iya Bu…. Saya Sari…pacar Arif.” Jawab Sari pelan.
“Syukurlah nak Sari sudah sembuh, sekarang sudah bisa melihat lagi”
“Iya bu ….. dan Arif selama ini yang menemani saya ketika tiada seorangpun yang mau kenal dengan gadis buta seperti saya ini.”
“Tunggu sebentar ya Nak …. Saya panggilkan Arif.”
Beberapa menit kemudian perempuan paroh baya itu menggandeng seorang pemuda, dari cara menggandeng dan berjalannya, Sari tahu bahwa pemuda itu buta.
“Hai Sari …… aku bersyukur kamu sudah bisa lagi melihat indahnya dunia.” sapa pemuda buta itu sambil menjulurkan tangannya, yang tentu saja dengan arah yang salah, tidak mengarah ke Sari. Sari sangat mengenal suara tersebut, ya itu suara Arif yang selama ini selalu bercanda dan menghibur di hari-hari sepi Sari yang terasa amat panjang. Sari sempat terdiam beberapa menit, Sari tidak menyangka bahwa Arif adalah seorang tunanetra.
“Pantas dia mau berteman dengan aku yang buta, ternyata dia seorang tunanetra.” begitu pikir Sari.
Karena Sari hanya terdiam tiada berkata apa-apa, maka Arif pun juga terdiam. Arif yang sangat ingin menanyakan kesediaan Sari menikah jika sudah sembuh dan dapat melihat lagi tiada terucap. Akhirnya Sari minta pamit untuk pulang. Dengan segala macam pikiran yang berkecamuk, yang intinya bahwa tidak mungkin seorang Sari bersuamikan Tunanetra.
Beberapa hari berselang Arif menerima SMS dari Sari yang dibacakan oleh Ibunya. Isinya sebagai berikut, “Arif… maaf…. Sari tidak dapat melanjutkan hubungan cinta kita, Sari akan menuntut Ilmu, melanjutkan kuliah ke Australia. Semoga Arif segera mendapat pengganti Sari sebagai pendamping Arif yang setia.”
Arif dengan mata berkaca memohon kepada Ibunya untuk menuliskan balasan, Arif membalas SMS Sari, “Iya….. Arif cukup bersyukur Sari sudah dapat melihat lagi. Arif hanya mohon Sari bisa menjaga dua kornea mata Arif, yang Arif berikan untuk Sari. Semoga sukses”.
Saya tidak berani dan tidak memiliki kearifan untuk mengambil pelajaran dari cerita di atas. Semoga dengan kearifan yang teman-teman miliki, teman-teman mampu mengambil sesuatu dari cerita di atas.
Semoga bermanfaat.
Silahkan mengutip dan/atau mempublikasikan sebagian atau seluruh artikel di Blog ini dengan menyebut sumber-nya. terimakasih.
Entah ini adalah nasib atau suratan takdir, suatu ketika Sari mengalami kecelakaan lalu lintas. Lukanya lumayan serius, sementara orang-orang hanya berlalu lalang atau bahkan berhenti sekedar untuk menyaksikan tanpa mengambil tindakan apa-apa untuk menolong Sari. Tiba-tiba ada seorang anak muda yang sangat sederhana dengan mengenakan celana congklang dan peci putih mengendari sepeda motor tua. Pemuda itu berhenti lalu mengendong Sari yang telah bersimbah darah untuk dibaringkan di tepi jalan. Lalu pemuda itu mengambil HP Jadul-nya, dia menelpon (entah menelpon siapa). Tetapi 10 menit kemudian datang Ambulan dengan beberapa orang paramedis. Sari diangkat dan dibawa Ambulan ke salah satu Rumah Sakit. Pemuda itu mengambil tas Sari lalu mengikuti Ambulan yang mengangkut Sari ke Rumah Sakit. Karena pemuda itu, semua kerabat Sari bisa dihubungi dan semua sudah berada di rumah sakit
Singkat cerita beberapa bulan kemudian, Sari sudah diperbolehkan pulang, tapi sekarang sari tidak bisa melihat. Ya betul Sari menjadi Buta karena kedua kornea matanya rusak. Karena schock, maka kondisi kejiwaan Sari jadi berubah. Sari jadi sering uring-uringan, Ia jadi seorang pemarah dan sangat membenci orang lain. Sari sering mengatakan kepada dirinya bahwa Tuhan tidak adil. Hanya kepada seorang saja hati Sari tidak benci, ya kepada Arif, pemuda bercelana congklang yang dulu menolongnya. Bahkan Sari sering berkomunikasi melalui telepon dengan Arif. Demikian juga Arif semakin sering pula bertandang ke rumah Sari untuk sekedar berbincang-bincang.
Semakin lama Arif dan Sari semakin akrab saja, bahkan boleh di bilang mereka berpacaran. Pernah Arif menyinggung mengenai pernikahan, tetapi Sari berkata,
“ah … tak mungkin ada pemuda yang mau menikah dengan gadis buta seperti saya, kalaupun mau pasti ada udang dibalik batu.”
“Bagaimana kalau aku bersedia menikah denganmu ?” dengan sedikit ragu Arif bertanya kepada Sari.
“Saya tidak akan menikah sebelum kedua mata saya sembuh dan saya bisa melihat lagi.” Jawab Sari.
Karena ketulusan Arif, maka mereka, Sari dan Arif tampak semakin bertambah dekat saja. Sampai suatu hari, oleh keluarganya, Sari di ajak ke Rumah Sakit Mata untuk menjalani operasi pencangkokan kornea mata. Ya tanpa diketahui oleh Sari dan keluarganya ada orang yang mau mendonorkan kornea matanya untuk kesembuhan Sari. Operasi berjalan sukses dan proses penyembuhan pun berjalan seperti yang diharapkan. Sari telah sembuh total dan dapat melihat kembali.
Tiba-tiba Sari teringat Arif, yang semenjak Sari dioperasi sampai Sari sembuh Arif tidak pernah lagi menengok ataupun sekedar menelpon. Sari menelpon Arif dan menanyakan dimana Arif tinggal. Sari bertekad datang ke rumah Arif untuk memberikan kejutan dengan kesembuhannya. Sampailah Sari di rumah Arif yang sangat sederhana. Lalu Sari dipersilahkan masuk dan duduk di kursi tamu yang juga sangat sederhana kalau tidak boleh dikatakan tak layak.
“Saya Ibunya Arif.” Seorang wanita paroh baya memperkenalkan diri.
“Iya Bu…. Saya Sari…pacar Arif.” Jawab Sari pelan.
“Syukurlah nak Sari sudah sembuh, sekarang sudah bisa melihat lagi”
“Iya bu ….. dan Arif selama ini yang menemani saya ketika tiada seorangpun yang mau kenal dengan gadis buta seperti saya ini.”
“Tunggu sebentar ya Nak …. Saya panggilkan Arif.”
Beberapa menit kemudian perempuan paroh baya itu menggandeng seorang pemuda, dari cara menggandeng dan berjalannya, Sari tahu bahwa pemuda itu buta.
“Hai Sari …… aku bersyukur kamu sudah bisa lagi melihat indahnya dunia.” sapa pemuda buta itu sambil menjulurkan tangannya, yang tentu saja dengan arah yang salah, tidak mengarah ke Sari. Sari sangat mengenal suara tersebut, ya itu suara Arif yang selama ini selalu bercanda dan menghibur di hari-hari sepi Sari yang terasa amat panjang. Sari sempat terdiam beberapa menit, Sari tidak menyangka bahwa Arif adalah seorang tunanetra.
“Pantas dia mau berteman dengan aku yang buta, ternyata dia seorang tunanetra.” begitu pikir Sari.
Karena Sari hanya terdiam tiada berkata apa-apa, maka Arif pun juga terdiam. Arif yang sangat ingin menanyakan kesediaan Sari menikah jika sudah sembuh dan dapat melihat lagi tiada terucap. Akhirnya Sari minta pamit untuk pulang. Dengan segala macam pikiran yang berkecamuk, yang intinya bahwa tidak mungkin seorang Sari bersuamikan Tunanetra.
Beberapa hari berselang Arif menerima SMS dari Sari yang dibacakan oleh Ibunya. Isinya sebagai berikut, “Arif… maaf…. Sari tidak dapat melanjutkan hubungan cinta kita, Sari akan menuntut Ilmu, melanjutkan kuliah ke Australia. Semoga Arif segera mendapat pengganti Sari sebagai pendamping Arif yang setia.”
Arif dengan mata berkaca memohon kepada Ibunya untuk menuliskan balasan, Arif membalas SMS Sari, “Iya….. Arif cukup bersyukur Sari sudah dapat melihat lagi. Arif hanya mohon Sari bisa menjaga dua kornea mata Arif, yang Arif berikan untuk Sari. Semoga sukses”.
Saya tidak berani dan tidak memiliki kearifan untuk mengambil pelajaran dari cerita di atas. Semoga dengan kearifan yang teman-teman miliki, teman-teman mampu mengambil sesuatu dari cerita di atas.
Semoga bermanfaat.
Surya Hidayatullah Al-Mataromi : http://cerminrefleksi.blogspot.com/
Silahkan mengutip dan/atau mempublikasikan sebagian atau seluruh artikel di Blog ini dengan menyebut sumber-nya. terimakasih.
Cerita Inspirasi Lainnya :
- Liburan Sang Anak
- Maybe No.... Maybe Yes.....
- Sang Waiterboy
- Apa yang Kita Cari Selama ini ?
- Sudut Pandang (Persepsi)
- Sebar Kebaikan Raih Kemenangan
- Tergantung Bagaimana Kita men"sikapi"nya
- Rumah Berdinding Emas
- Keikhlasan dan Kepercayaan
- Tanteku Yang Cantik
- Harga Sebuah Keajaiban Rp. 99.000,-
- Cinta Suami Kepada Istri
- Kisah Cinta Sejati Suami Istri
- Nuraini si Malaikat Kecil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar