Sang Waiterboy

Teman saya seorang ‘waiterboy’ di sebuah Resto Pizza yang terkenal di sekitar Tugu di Yogyakarta, mungkin teman-teman pernah juga ke tempat itu. Dia menceritakan kisah ini beberapa bulan yang lalu.

Suatu hari aku (ini teman saya yang becerita) sedang betugas dan mendapat shift pagi masuk jam 08.00 sampai jam 16.00, saat itu jam menunjukkan pukul 12.30 dan kondisi Resto sepi tidak seperti biasanya. Tentu saja sampai jam segitu aku belum juga menerima tips serupiah pun dari para tamu.
Dari balik kaca Resto aku melihat seorang remaja menggunakan sepeda gunung sedang memparkir sepedanya diantara satu dua motor yang ada di sana. Lalu Remaja itu masuk ke resto dan mengambil tempat duduk. Supervisorku menunjuk aku untuk segera melayani remaja tersebut. Dengan perasaan jengah dan sedikit menggerutu dalam hati aku dekati remaja tadi sambil membawa menu.
“Selamat pagi Mbak ....... Silahkan mau pesan apa ?” Sambil tersenyum (yang aku paksakan) kata-kata wajib itu meluncur dari mulutku.
“Saya haus ..... pengin minum aja” jawab remaja itu.
“Nah loe ..... sial bener aku hari ini” tentu saja itu hanya terucap dalam hati.
“Ada berbagai softdrink tesedia ... ada juga lemon tea dan berbagai juice .... Mbak mau minum apa ?” aku menawarkan dengan keramahan yang terpaksa.
“Lemon Tea .... pakai es ya ?” remaja itu bertanya.
“Iya Mbak ... Es Teh yang di beri sari Lemon ....rasanya segar, manis dan sedikit kecut”. aku menjelaskan.
“Harganya berapa ?” Tanya remaja itu.
“Tiga ribu limaratus Mbak ...”
Remaja itu merogoh kantongnya sambil mengeluarkan beberapa recehan.
“Kalau Es Teh saja tanpa lemon ......berapa ?”
“Es Teh manis harganya duaribu limaratus....” jawabku dan rasa kesal mulai meniungkat.
Remaja itu mulai menghitung uang receh yang dia keluarkan tadi.
“Kalau Es Teh tapi gak pakai gula .. harganya berapa ?” Remaja itu bertanya lagi.
“Es Teh tawar hanya seribu limaratus Mbak...”
“OK saya pesan Es Teh tawar saja...tapi Es nya jangan banyak-banyak”.
“Ada yang lainnya Mbak? “
“Tidak ... itu saja saya cuma haus. Terimakasih.”
“Iya Mbak .... mohon tunggu sebentar...”.
Sambil ngedumel dalam hati aku berjalan menuju dapur untuk memenuhi pesanan Remaja tadi. “Nasib ...nasib ..... “ kataku dalam hati.

Hanya dalam waktu beberapa menit aku antar pesanan ke meja Remaja tadi.
“Silahkan menikmati Mbak ....” ucapku (ya ucapan ini adalah kewajiban yang harus aku ucapkan sambil tersenyum pula). Lalu aku berjalan lemas meninggalkan Remaja tadi. Belum juga aku sampai ke Pos aku, tiba-tiba remaja tadi memanggil.
“Mas ...mas .....” katanya sambil melambaikan tangannya. Dan dengan terpaksa pula aku balik berjalan mendekatinya.
“Iya Mbak....... ada yang bisa saya bantu ?”
“Ini saya sudah habis minumnya ...... jadi ..... tadi harganya berapa ?”
“Seribu limaratus Mbak ......” lalu Remaja tadi merogoh sakunya.
“Ini seribu limaratus untuk bayar Es Teh tawarnya ...... dan ini tips untuk Mas” Dia menaruh uang seribu lima ratus dan satu lembar duapuluh ribuan di atas baki yang aku bawa. Dan belum sempat aku berkata apa-apa, remaja itu telah ngeloyor keluar dari resto.

Demikian cerita teman saya. Dan sekali lagi ternyata kita terlalu sering salah menilai. Kita benar-benar tidak tahu akan “kebenaran” yang ada dan yang akan tejadi.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita di atas.

Surya Hidayatullah Al-Mataromi :  http://cerminrefleksi.blogspot.com/ 




Silahkan mengutip dan/atau mempublikasikan sebagian atau seluruh artikel di Blog ini dengan menyebut sumber-nya. terimakasih.

Cerita Inspirasi Lainnya :
  1. Liburan Sang Anak
  2. Maybe No.... Maybe Yes.....
  3. Apa yang Kita Cari Selama ini ?
  4. Sudut Pandang (Persepsi)
  5. Sebar Kebaikan Raih Kemenangan
  6. Tergantung Bagaimana Kita men"sikapi"nya
  7. Rumah Berdinding Emas
  8. Keikhlasan dan Kepercayaan
  9. Tanteku Yang Cantik
  10. Harga Sebuah Keajaiban Rp. 99.000,-
  11. Cinta Suami Kepada Istri
  12. Kisah Cinta Sejati Suami Istri
  13. Sariku Sayang..... SAriku Malang....
  14. Nuraini si Malaikat Kecil 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar