SUDUT PANDANG (PERSEPSI)

Kisah ini terjadi beberapa bulan yang lalu saat aku berkunjung ke rumah temen kuliah yang kebetulan sekarang tinggal di Bekasi. Dan kebetulan pula aku sedang ada JOB di Jakarta, jadi aku sempatkan mampir ke rumah teman kuliah itu. Oh ya tentu saja temen kuliah ku seorang cewek. Dan tentu saja hehehehehe dia juga sudah berkeluarga, tinggal bersama dengan suami dan tiga orang anaknya. Saat aku silahturahmi di rumahnya sungguh aku mengagumi ruang tamu yang lapang dan sangat bersih. Demikian juga ruang keluarga (yg bisa di lihat dari ruang tamu) terlihat sangat bersih dan rapi. Semua tertata dengan rapi dan indah.
Padahal aku tidak melihat adanya seorang pembantu. Tapi aku jadi teringat dulu di kamar kost temanku juga segalanya tampak bersih dan rapi. 
"Mas seneng ya .... rumahnya bersih dan rapi, pasti nyaman tinggal di rumah." spontan saja aku mengatakan itu kepada Suami temanku.
"Iya sih ..... tapi justru karena alasan agar rumah ini selalu bersih dan rapi maka hampir setiap jam terjadi kegaduhan antara anak-anak dan Ibunya." Jawab suami temenku.
"Lho bagaimana saya tidak harus berteriak ... kalau rumah baru aja dibersihkan ... rumah baru aja dirapikan sudah di acak-acak oleh anak-anak dan juga bapaknya." Sahut temanku dengan perasaan yang menunjukkan kejengkelan yg amat sangat. "Strees aku kalau merasakan semua itu." sambung temanku.
Lalu aku justru menyaksikan mereka berdua saling berdebat. Masing-masing membuat argumentasi untuk mempertahankan pendapatnya. Akhirnya aku tahu bahwa temenku ini sangat tidak nyaman, jengkel, marah sampai merasa tertekan jiwanya jika melihat rumahnya terkotori oleh anak-anak dan suaminya atau hanya sekedar ada mainan atau buku yang berserakan. Temanku selalu menginginkan apa-apa bersih dan segera kembali ke tempat semula. Tanpa toleransi. Ini bukan hal yang salah sih menurutku. Yang jadi bermasalah adalah emosinya saat menghadapi kondisi yang tidak seperti harapannya. Dan inilah yang sering kita alami.... kecewa terhadap keadaan atau kondisi yang tidak sesuai harapan. Cilakanya, sangat banyak kondisi atau keadaan yang tidak sesuai dengan harapan kita. Selalu ada jarak antara yang seharusnya dan kenyataannya.

Aku sempat memotong pertengkaran kecil mereka. Dan aku bercerita tentang dunia yang aku geluti saat ini, yaitu mengenai Teknologi Pikiran (Mindtech). Lalu aku bercerita tentang NLP (Neuro Linguistic Program), bercerita mengenai Hipnosis dan bagaimana hal tersebut dapat membantu masalah-masalah psikologis termasuk masalah emosi. Mereka sepertinya tertarik, bahkan suami temanku ingin sekali aku mendemontrasikan bagaimana manfaat hipnosis. Bahkan temanku ingin belajar Hipnosis agar bisa menghipnotis anak dan suaminya supaya bisa menjaga kebersihan dan kerapian rumah. Aku hanya tersenyum atas keinginan temanku itu.

"Baiklah.... aku akan ajari kamu cara kerja hipnotis. Inti dari hipnotis adalah konsentrasi dan bagaimana memfokuskan pikiran." kataku mengawali. 
"Sekarang aku ingin mengajak kamu untuk fokus dan berkonsentrasi. Silahkan duduk yang rileks .... letakkan tangan di sandaran kursi, tapakkan kaki di lantai dengan rileks." Temanku mengikuti semua petunjukku, disaksikan suaminya.
"Sekarang pejamkan mata ..... tarik nafas pelahan-lahan..... dst. ". Aku mulai menghantarkan temenku untuk mencapai kondisi hipnosis. Setelah ku ketahui bahwa temanku sudah mencapai kedalaman hipnosis yg memungkinkan, aku melanjutkannya.
"Sekarang bayangkan dan gambarkan dengan jelas seluruh kondisi ruangan di rumah ini. Gerakkan telunjuk kananmu jika sudah berhasil menggambarkan seluruh ruangan di rumah ini". Hanya dalam hitunga tak lebih dari 2 menit, temanku mulai menggerak-gerakkan telunjuknya tanda dia sudah mampu memvisualisasikan seluruh ruangan di rumahnya.
"Nah sekarang bayangkan seluruh ruangan itu sangat bersih ...... tidak ada ceceran sisa makanan .... tidak ada bekas tapak kaki anak-anak .... Bayangkan seluruh ruangan itu tertata rapi .... tidak ada buku Ayah yang berserakan ..... tidak ada mainan anak-anak yang berantakan......" sebentar aku terdiam menunggu bagaimana reaksi temanku. Beberapa detik kemudian kami (aku dan suami temanku) melihat dia tersenyum sangat bahagia. Aku melihat kenyamanan yang temanku rasakan.
"Perhatikan keseluruh ruangan ...... kamu tidak melihat ada anak-anak ...... kamu tidak melihat ada bapaknya anak-anak .... entah mereka sedang bermain dimana.... kamu sendirian di rumah, di ruangan yang bersih dan rapi ini." Sekejap kemudian berubahlah raut wajahnya. Temanku nampak sedih .... Wajahnya tidak lagi berseri penuh kebahagian, namun wajahnya kosong menggambarkan perasaan kesepian dan kesedihan.
"Ok .... sekarang bayangkan lagi.... ada anak-anak di ruangan itu .... mereka sedang bersendagurau.... mereka sangat bahagia.... bermain dan bercanda dengan adik kakaknya ..... lihatlah Bapaknya anak anak yang sedang membaca buku .... dan sekali-kali tersenyum bahagia menyaksikan anak-anaknya berkumpul dan bermain bersama ....." tiba-tiba terbesit senyuman di wajah temanku. Kini dia memancarkan aura kebahagiaan lagi. Dengan segera aku memberikan sugesti positif lagi.
"Lihatlah ..... meski ruangan ini sedikit berantakan .... ruangan ini sedikit kotor .... tapi lihat dan bayangkan kebahagian anak-anak dan bapaknya ...... lihat ruangan yang sedikit kotor dan berantakan ..... dengarkan merdunya suara tawa bahagia anak-anak ......rasakan senyum bahagia Bapaknya anak-anak ....." Aku tidak melihat perubahan di wajah temanku, dia masih tetap tersenyum, wajahnya tetap memancarkan rasa nyaman dan bahagia. Kemudian aku melakukan termination atau menghentikan/mengakhiri sesi hipnosis itu.
Singkat cerita..... beberapa minggu kemudian Suami temanku mengirim Email ke aku. Dia bercerita bahwa sekarang tiada omelan atau teriakan lagi dari istrinya saat anak-anak mengotori dan sedikit membuat berantakan. Bahkan Suami temanku bercerita, bahwa Istrinya bisa tetap tersenyum saat harus membersihkan ruangan dan membereskan barang yang berserakan. Dan kadang temanku melakukan semua itu dengan bersenandung menyanyikan lagu-lagu yang menggambarkan suasana hati yang riang.
Apa yang terjadi ? aku hanya membantu temanku untuk sedikit mengubah sudut pandang atau persepsinya. Bahkan sebenarnya kita bisa melakukan itu semua tanpa harus melalui proses visualisasi hipnosis. Pada kenyataannya, dalam keseharian banyak hal yg kita peroleh hanya dengan mengubah sudut pandang atau persepsi. Seperti kata Madame Theresia katakan .... kita bisa saja mengeluhkan ... kenapa mawar indah itu berduri .... namun kita juga bisa bersyukur bahwa Duri itu berbunga indah. Kita bisa mengeluh ketika suami semalaman nonton bola di depan TV, namun kita bisa juga bersyukur bahwa suami kita berada di rumah semalaman dan bukannya nongkrong di cafe. Semua tergantung bagaimana kita mensikapinya. 

Semoga bermanfaat.
Surya Hidayatullah Al-Mataromi :  http://cerminrefleksi.blogspot.com/ 




Silahkan mengutip dan/atau mempublikasikan sebagian atau seluruh artikel di Blog ini dengan menyebut sumber-nya. terimakasih.

Cerita Inspirasi Lainnya :
  1. Liburan Sang Anak
  2. Maybe No.... Maybe Yes.....
  3. Sang Waiterboy
  4. Apa yang Kita Cari Selama ini ?
  5. Sebar Kebaikan Raih Kemenangan
  6. Tergantung Bagaimana Kita men"sikapi"nya
  7. Rumah Berdinding Emas
  8. Keikhlasan dan Kepercayaan
  9. Tanteku Yang Cantik
  10. Harga Sebuah Keajaiban Rp. 99.000,-
  11. Cinta Suami Kepada Istri
  12. Kisah Cinta Sejati Suami Istri
  13. Sariku Sayang..... SAriku Malang....
  14. Nuraini si Malaikat Kecil 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar