Takdir Tuhan [ bag. 5 ]

Wah ini pertanyaan yang cukup berat juga yang masuk ke inbox saya, ‘Apakah Takdir terdapat pula di dalam ajaran agama selain Islam, Kristen misalnya ? Apakah takdir juga di bahas di dalam Al-kitab (Kristen) ?’

Sebenarnya hampir diseluruh Agama maupun ajaran yang ada di dunia memiliki konsep mengenai ‘Takdir’ menurut versinya masing-masing. Seperti juga umat Islam, umat Kristiani juga mempercayai bahwa ada sesuatu yang merupakan ‘kehendak Tuhan’ dan hanya atas ‘kekuasaan Tuhan’. Namun seperti juga umat Islam, umat Kristiani dalam memandang mengenai ketetapan/ketentuan/kehendak Tuhan juga memiliki perbedaan di antara umat (gereja) itu sendiri. Di dalam ajaran Kristen kata ‘Takdir’ tidak ada (karena takdir memang dari bahasa Arab/bahasa Al-Qur’an), tetapi di dalam ajaran Kristen takdir dikenal sebagai ‘Sesuatu yang telah ditentukan sejak semula oleh kehendak dan kuasa Allah’, pengertian tersebut adalah terjemahan/tafsiran dari kata ‘PROORIZO’ (bhs Yunani) yang dalam terjemahan bahasa inggris adalah ‘Predestination’ dan sering dalam bahasa Indonesia di terjemahkan sebagai ‘Predestinasi’.

Di kalangan umat Kristiani juga ada tiga pendapat dalam memahami ‘Takdir’, yaitu :

Pelagius
1. Kaum Pelagianisme berpendapat bahwa dosa asal tidak merusak hakikat manusia (yakni hakikat ilahi, karena manusia diciptakan dari Allah), dan bahwa dengan kehendaknya yang fana manusia masih sanggup untuk memilih yang baik atau yang buruk tanpa pertolongan ilahi. Dengan demikian, dosa Adam "memberikan teladan yang buruk" bagi keturunannya, namun tindakan-tindakan Adam tidak mengandung konsekuensi-konsekuensi lain yang dihubung-hubungkan dengan dosa asal. Dari sudut pandang Pelagianisme, peran Yesus adalah "memberikan suatu teladan yang baik" bagi seluruh umat manusia (dengan demikian adalah kebalikan dari teladan buruk Adam). Singkatnya, manusia sepenuhnya memegang kendali, dan oleh karena itu sepenuhnya bertanggung jawab, atas keselamatannya sendiri selain itu juga sepenuhnya bertanggung jawab atas tiap dosa yang diperbuatnya ("sepenuhnya bertanggung jawab atas tiap dosa" ditekankan baik oleh pendukung maupun penentang Pelagianisme). Menurut Pelagianisme, oleh karena manusia tidak lagi memerlukan rahmat Allah di luar kreasi kehendaknya, maka Sakramen Pembaptisan tidaklah mengandung kualitas redemptif (pengampunan dosa) sebagaimana yang diajarkan oleh kaum Kristiani yang ortodoks. Ajaran ini dikemukakan oleh Pelagius, seorang rahib yang hidup di abad ke 5, namun hal itu tidak memberi kepastian bahwa dia memang adalah seorang rahib. 

Agustinus mengatakan bahwa dia hidup di Roma "dalam waktu yang sangat lama," dan bahwa dia berasal dari kepulauan Inggris. (Santo Heronimus menduga dia adalah seorang warga Skotlandia atau mungkin saja dari Irlandia.) Yang pasti, dia terkenal di provinsi Romawi, baik karena kehidupan publiknya yang dijalaninya dengan matiraga-keras, maupun karena kekuatan dan persuasivitas dari khotbahnya. Sampai saat gagasan-gagasannya yang lebih radikal tercuat ke depan publik, bahkan tokoh-tokoh yang disebut sebagai sokoguru Gereja seperti Agustinus pun menyebutnya sebagai “orang suci.” Ajaran Palegianisme sering disebut juga sebagai Socinianisme, atau Liberalisme. (Mungkin serupa dengan mazhab Qodariyah dalam agama Islam).

Calvin John
2. Kaum Calvinisme, pendapatnya sangat berbeda bahkan berlawanan dengan Palegianisme. Calvinisme berpendapat bahwa sebagai akibat dari kejatuhan dalam dosa (the Fall), diri manusia menjadi berdosa, rusak, dan tidak mempunyai harapan untuk selamat. Kemudian, dari seluruh umat yang telah jatuh inilah, Tuhan, dengan kedaulatanNya yang mutlak, memilih orang-orang yang akan diselamatkanNya. Kristus kemudian diutus untuk menebus dosa orang-orang pilihan tersebut. Selanjutnya, Roh Kudus dikirim untuk menerapkan kasih karunia tersebut dengan melahir-barukan mereka; yang menyebabkan semua orang pilihan tersebut dapat percaya, bertobat, setia sampai mati dan diselamatkan. Di sini manusia tidak memiliki kehendak bebas sama sekali, semua sudah ditentukan dan ditetapkan Tuhan dengan kekuasaanNya yang mutlak. Doktrin kaum Calvinisme banyak dikenal dengan lima point calvinisme yang disingkat TULIP, yaitu Total depravity (Kerusakan total), Unconditional election (Pemilihan tanpa syarat), Limited atonement (Penebusan terbatas), Irresistible grace (Anugerah tidak dapat ditolak), Perseverance of the saints (Ketekunan orang-orang kudus). 

Doktrin ini sebenarnya sudah diajarkan oleh Agustinus, salah seorang Bapa Gereja yang juga dianggap sebagai ahli teologi terbesar antara jaman Paulus sampai dengan jaman Reformasi. Agustinus sudah mengajarkan doktrin ini pada sekitar abad ke enam, tetapi baru pada seribu tahun kemudian alur pikir sistem teologi ini untuk pertama kalinya disusun secara sistematis oleh John Calvin (1509-1564). Calvinisme sering pula disebut sebagai Augustinian atau Reformed. (Mungkin serupa dengan mazhab Jabariyah dalam agama Islam).


3. Kaum Arminianisme berpendapat bahwa Allah tidak memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan dan sisanya dibiarkan binasa. Mereka percaya bahwa God's saving grace (kasih karunia Allah yang bisa menyelamatkan dari dosa), hanya sekedar ditawarkan kepada semua orang sehingga kasih karunia tersebut dapat ditolak atau diterima sesuai dengan kehendak orang tersebut. Orang tersebut dapat menahan/menolak kuasa Roh Kudus yang akan melahir-barukannya apabila dia memang tidak menghendaki untuk dilahirbarukan. Lebih dari itu, mereka percaya bahwa saving grace tersebut tidak permanen, sehingga bagi mereka yang dikasihi Allah, sudah ditebus oleh Kristus, serta sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus masih dapat terhilang (murtad sampai mati) dan binasa. Arminianisme, dalam bentuknya yang lebih berkembang, pada dasarnya adalah turunan dari Pelagianisme 1200 tahun sebelum Jacobus Arminius, pelopor sistem ini, lahir. Perbedaan Arminianisme dengan Pelagianisme yang murni adalah bahwa Arminianisme percaya bahwa keselamatan adalah hasil kerja sama manusia dan Allah, sedangkan Pelagianisme percaya bahwa manusia sendiri, tanpa bantuan dari Allah, dapat menyelamatkan diri sendiri. Meskipun demikian, Arminisnisme, apabila benar-benar diselidiki dengan teliti, menganggap bahwa manusialah penentu keselamatannya sendiri dan Allah hanya mengikuti kemauan manusia itu. Manusialah yang berdaulat di atas Allah di dalam hal keselamatan dirinya. Sehingga Arminianisme sering disebut sebagai Semi-Pelagianisme. Aliran yang mengambil jalan tengah seperti Mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam agama Islam.

Jika Tuhan mengijinkan pada tulisan mendatang kita akan sedikit bahas mengenai dalil-dalilnya atau ayat-ayat Alkitab yang mendukung pendapat mereka. Do’ain saya masih diberi waktu dan kesempatan, dan semoga menjadi ‘takdir’ saya untuk melanjutkan tulisan ini. Amiiin.

Semoga bermanfaat.
Surya Hidayatullah Al-Mataromi :  http://cerminrefleksi.blogspot.com/ 





Silahkan mengutip dan/atau mempublikasikan sebagian atau seluruh artikel di Blog ini dengan menyebut sumber-nya. terimakasih.

Artikel Terkait :
  1. Kekuatan Syukur
  2. Arti Kata Syukur
  3. Kenapa Kita Harus Bersyukur (?)
  4. Tingkatan Syukur
  5. Takdir Tuhan Bag. 1
  6. Takdir Tuhan Bag. 2
  7. Takdir Tuhan Bag. 3
  8. Takdir Tuhan Bag. 4
  9. Takdir Tuhan Bag. 6
  10. Apakah QOLBU itu ? Hati, Jantung atau Otak ? 
  

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar