Takdir Tuhan [ bag. 1 ]

Takdir, adalah salah satu topik diskusi dan bahan perenungan yang tiada habisnya dari zaman dahulu hingga saat ini. Mungkin sampai saat ini takdir masih menjadi salah satu dari misteri Illahi yang tiada terhingga. Berkenanan dengan takdir dalam hidup dan kehidupan manusia, terutama dalam hidup dan kehidupan saya pribadi, banyak hal yang ‘tidak masuk akal’ atau kadang ‘nampak diluar kendali’ saya. Banyak hal yang sepertinya suatu ‘kebetulan’, banyak hal yang sepertinya ‘terjadi begitu saja’, banyak hal yang sepertinya ‘diluar jangkauan’. Dan kita menyadari bahwa itu semua ada peran tangan Tuhan. Saya juga menyadari bahwa dalam hidup dan kehidupan saya sangat dipengaruhi oleh ‘Tangan Tuhan’, namun hal tersebut justru menimbulkan pertanyaan, Bagaimana ujud campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita ? sampai sejauh mana hidup dan kehidupan kita ini di bawah pengaruh ‘Tangan Tuhan’ ?

Hal tersebut di atas membawa saya pada pertanyaan mengenai konsep Tuhan dalam menciptakan manusia yang juga berkenaan dengan jalan hidup dan kehidupan manusia (tidak sebatas di dunia saja). Ada beberapa pertanyaan yang sudah lama muncul dan lama juga belum memperoleh jawaban yang memuaskan. Pertanyaan itu antara lain :

 
Apakah Tuhan menciptakan kita dan telah menentukan atau menetapkan takdir kehidupan kita ? dalam hal ini semua tindakan sekecil apapun yang kita lakukan adalah berdasar kehendak atau takdir Tuhan ? Kita tidak memiliki kuasa sedikit pun atas hidup dan kehehidupan kita ? Lalu apakah kalau kita mencuri, membunuh dan berbuat jahat itu adalah takdir yang telah ditetapkan Tuhan atas diri kita ?  Apa maksud hidup mati rejeki jodoh ada di tangan Tuhan ? Dimana posisi do’a dan usaha ? sedangkan semua sudah menjadi ketetapan (takdir) Tuhan ? 

Atau justru dalam hidup dan kehidupan ini kita mempunyai kehendak bebas ? kita bebas melakukan apa saja tanpa ada campur tangan Tuhan di dalam hidup dan kehidupan kita ? semua tergantung diri kita sendiri ? Nasib dan takdir kita sendiri yang menentukan, apakah begitu ? Lalu bagaimana dengan musibah ? bencana alam, kecelakaan dan sebagainya ? Nasib/Takdir atau ?

Dan masih banyak pertanyaan yang serupa. Lalu bagaimana sebaiknya kita mensikapinya ? kita pasrah saja pada nasib dan takdir ? atau kita berusaha untuk melawan dan merubah takdir yang sudah digariskan atau sudah ditetapkan Tuhan atas hidup dan kehidupan kita ? Mampu kah kita melawan Takdir ? mampu kah kita melawan kuasa Tuhan atas hidup dan kehidupan kita ?

Baiklah, dalam postingan kali ini saya coba bahas mengenai hal ihwal ‘Takdir’. Takdir yang aslinya berasal dari kata Qadar yaitu kata dalam bahasa Arab. Dan kalau kita membicarakan mengenai Qadar maka kita tidak boleh melepaskan dari membicarakan Qadha. Qadha dan Qadar adalah dua kata yang memiliki satu kesatuan arti, maksudnya jika kedua kata tersebut disandingkan memiliki arti atau maksud yang berbeda, namun jika berdiri sendiri bisa memiliki arti atau maksud yang sama.

 
Kata Qadha bila dimutlakkan, maka memuat makna Qadar dan sebaliknya kata Qadar bila dimutlakkan, maka memuat makna Qadha, Akan tetapi bila dikatakan "Qadha-Qadar", maka ada perbedaan di antara keduanya. Hal ini banyak terjadi dalam bahasa Arab. Satu kata dapat bermakna luas ketika sendirian dan punya makna khusus bila disatukan. Qadha dan Qadar adalah salah satu dari Rukun Iman bagi umat Islam. Artinya bahwa Qadha dan Qadar adalah sesuatu yang harus dan wajib dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh umat Islam.

Qadha' (قضي) qa-dha-ya muncul dalam al-Qur'an kurang lebih 37 ayat dalam beragam derivasi. Ia termasuk istilah yang tergolong mustaraq (memiliki arti lebih dari satu). Qadha' (قضي) memiliki arti sebagai berikut:

 
1. Qadha' (قضي) semakna dengan (أخبر) akh-ba-ra (menginformasikan), sebagaimana dalam firman-Nya
 
Dan telah Kami informasikan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh. (QS Al Hijr :66) 

وَقَضَيْنَا إِلَيْهِ ذَلِكَ الأَمْرَ أَنَّ دَابِرَ هَؤُلاء مَقْطُوعٌ مُّصْبِحِينَ

Ayat lain Al-Isra :4 Al-Qasas : 44

2. Qadha' (قضي) semakna dengan (أمر) a-ma-ra (memerintahkan) lawan dari (نهى) na-ha (melarang), sebagaimana dalam firman-Nya

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.(QS Al Israa':23)

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً

3. Qadha' (قضي) semakna dengan(أخر) Aa-kha-ra (mengahiri sesuatu), sebagaimana firman-Nya

Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).(QS Al Qashash :15)
 

فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِن شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ قَالَ هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِينٌ

Ayat lain yang semakna Al-Qashash :28, Al-Ahzab :23

4. Qadha' (قضي) semakna dengan (أراد) a-ra-da (hendak/ketetapan) atau kehendak ilahi yang operatif, sebagaimana firman-Nya

مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍ سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْراً فَإِنَّمَا يَقُولُلَهُ كُن فَيَكُونُ

Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. (QS Maryam : 35)

Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "Kun (jadilah)", maka jadilah ia. (QS An Nahl :40)
 
ِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَن نَّقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Imam az-Zuhri berkata, “Qadha secara etimologi memiliki arti yang banyak. Dan semua pengertian yang berkaitan dengan qadha kembali kepada makna kesempurnaan….” (An-Nihayat fii Ghariib al-Hadits, Ibnu Al-Atsir 4/78)

Hasil kompilasi dari berbagai sumber. 
Semoga bermanfaat.
Surya Hidayatullah Al-Mataromi :  http://cerminrefleksi.blogspot.com/ 





Silahkan mengutip dan/atau mempublikasikan sebagian atau seluruh artikel di Blog ini dengan menyebut sumber-nya. terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar