Ada sesuatu yang unik di dalam jiwa dan perasaan kita yang rindu akan ketenangan dan kedamaian, hal itu akan kita dapatkan, bila kita tidak lagi membutuhkan segala macam perhatian untuk kita dan membiarkan orang lain mendapatkannya. Kebutuhan kita akan perhatian yang berlebihan adalah bagian dari ego dan ke’aku’an.
“Lihatlah aku ..... Aku lain dari mereka .... aku lebih ini .... lebih itu ... dari pada .....”.
Ke’aku’an atau ego adalah bagian dari diri kita yang ingin didengar, dilihat, dihargai, dianggap istimewa, pokoknya ingin (lebih) diperhatikan, yang sering pula mengorbankan orang lain. Ya ... itulah bagian diri kita, yang suka memotong pembicaraan orang lain, dan tidak sabar menunggu giliran berbicara.
Dengan derajat yang berbeda-beda, kebanyakan kita terikat dengan kebiasaan tersebut. Dan kebiasaan ini memang sangat sulit dihilangkan. Meskipun jelas mengurangi kesenangan orang lain kalau tidak boleh kita katakan merugikan.
Ketenangan dan kedamaian akan kita peroleh, bila kita memiliki rasa percaya diri yang cukup untuk mampu melepaskan kebutuhan kita akan perhatian dan juga perasaan ikut senang apabila orang lain senang. Tahan lidah kita ketika kita akan merespon pembicaraan orang lain dengan berkata “Aku juga pernah ....”, “Bahkan aku pernah mengalami yang lebih .......” dst dst. Coba kita berlatih untuk merespon dengan berkata “Hebat kamu...” atau “Terus bagaimana ?” setelah itu, jangan ucapkan apa apa lagi cukup dengarkan orang lain bicara.
Ketenangan dan kedamaian akan kita peroleh, bila kita memiliki rasa percaya diri yang cukup untuk mampu melepaskan kebutuhan kita akan perhatian dan juga perasaan ikut senang apabila orang lain senang. Tahan lidah kita ketika kita akan merespon pembicaraan orang lain dengan berkata “Aku juga pernah ....”, “Bahkan aku pernah mengalami yang lebih .......” dst dst. Coba kita berlatih untuk merespon dengan berkata “Hebat kamu...” atau “Terus bagaimana ?” setelah itu, jangan ucapkan apa apa lagi cukup dengarkan orang lain bicara.
Dan .... perhatikan apa yang terjadi ? Lawan bicara kita akan lebih senang karena kita menyimak dan memperhatikan pembicaraannya. Lawan bicara kita akan merasa bahagia dan lebih bersahabat karena tidak merasa sedang bersaing dengan kita. Dia akan merasa lebih santai berada dekat dengan kita, Dia merasa lebih percaya diri dan merasa lebih menarik.
Dan hasilnya bagi kita ? kita juga akan merasa santai, tenang dan damai karena tak perlu merasa buru-buru untuk bangkit berdiri guna mendapat kesempatan berbicara. Kita juga akan lebih percaya diri, karena kita sudah tidak membutuhkan perhatian sebagai pemuas ke’aku’an. Ya percaya diri kita akan semakin meningkat manakala kita mampu membiarkan orang lain menikmati rasa bangganya, apa lagi jika kita mampu merasa bangga atas kebanggaan yang dimiliki orang lain.
Tentu saja ada banyak kesempatan yang benar-benar matching, klik dan cocok untuk kita saling bertukar pengalaman, berbagi keberhasilan dan perhatian, Tetapi kita tidak lakukan itu sekaligus dengan memonopoli pembicaraan dan melalap habis semua perhatian. Benar kata kunci dari semua itu adalah ‘saling memahami’ dan ‘jaga keseimbangan’ (Understanding and Balancing).
Surya Hidayatullah Al-Mataromi : http://cerminrefleksi.blogspot.com/
Silahkan mengutip dan/atau mempublikasikan sebagian atau seluruh artikel di Blog ini dengan menyebut sumber-nya. terimakasih.
Artikel Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar